Masalah Penggunaan Kayu Sebagai Bahan bangunan
kayu mempunyai rasio kekuatan/massa yang lebih besar daripada material beton dan baja. Teknologi tepat guna dengan rumah kayu kurang diterapkan di Indonesia dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa. kayu rekayasa telah sangat maju dan banyak digunakan di negara-negara seperti Kanada,Australia, New Zealand Amerika Serikat dan banyak negara di Eropa. Bangunan bertingkat sampai dengan 10 lantai yang banyak digunakan sebagai apartemen dengan menggunakan kayu rekayasa sudah menjadi hal yang umum dibeberapa negara-negara tersebut. Sistem struktur juga mengalami pergeseran dari rangka dengan balok dan kolom menjadi panel sistem. Masalah ketahanan terhadap rayap, jamur ataupun ketahanannya terhadap kebakaran telah banyak diatasi dengan penelitian-penelitian yang ada. Banyaknya kebutuhan kayu dalam dunia konstruksi menyebabkan dikembangkannya hutan tanaman industri dengan kayu cepat tumbuh seperti kayu akasia, sengon, albasia, jabon dll di Indonesia. Di daerah dimana kesulitan bahan semen dan baja untuk membuat bangunan dari beton atau baja, bangunan kayu merupakan solusinya karena dapat menggunakan material lokal seperti kayu.cepat tumbuh seperti kayu akasia, sengon, albasia, jabon dll. Material kayu ramah lingkungan (green) dan bersumber dari alam yang tidak pernah habis (sustainable) kurang dimanfaatkan untuk bahan bangunan. Kayu yang masih muda dalam pertumbuhannya menyerap dan menyimpan banyak CO2 dan menghasilkan O2. Kayu mempunyai sifat ortotropik yang sangat berbeda dengan material lainnya, mempunyai 3 buah sumbu, longitudinal, tangensial dan radial seperti Gambar
Dibandingkan dengan
material isotropik seperti beton dan baja, material kayu yang merupakan
material ortotropik mempunyai 3 buah modulus elastisitas, 3 buah modulus geser
dan 6 buah angka poisson. Karena merupakan material alam dengan 3 sumbu
tersebut kuat lentur, kuat tarik (sejajar dan tegak-lurus serat), kuat tekan
(sejajar dan tegak-lurus serat), kuat geser mempunyai perbedaan kekuatan. Kuat
tarik sejajar serat adalah terkuat dan kuat tarik tegaklurus serat terlemah.
Dari pengalaman yang
ada di daerah yang mengalami gempa, bangunan dari kayu menunjukkan ketahanan
yang baik terhadap gempa walaupun merupakan non-engineered building. Bangunan
kayu secara umum lebih tahan terhadap gempa karena massanya yang ringan
sehingga menghasilkan gaya inersia yang kecil akibat gempa dengan rasio
kekuatan/massa yang besar.
Peraturan konstruksi
kayu. Pada bangunan kayu keruntuhan pada umumnya akibat sambungan atau hubungan
yang tidak memenuhi standar dan sistem strukturnya tidak tahan gempa. Peraturan
Kayu di Indonesia sangat ketinggalan jaman, sejak tahun 1961 Peraturan Kayu
Indonesia (PKKI 1961) 52 tahun tidak mengalami perubahan. Beberapa draft
peraturan kayu tahun 1980, dan 2002 pernah dibuat sampai dengan terbitnya SNI
7973:2013 Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu. Jenis
kayu di luar negeri pada negara-negara tersebut di atas pada umumnya adalah
softwood atu kayu berdaun jarum, sedangkan di daerah tropis atau Indonesia
adalah hardwood atau kayu berdaun lebar. Peraturan Kayu Indonesia yang baru SNI
7973:2013 sebagian besar mengacu kepada peraturan luar negeri. Sifat-sifat kayu
tropis yang umumnya hardwood dapat berbeda dengan softwood sehingga peraturan
dari luar negeri tidak dapat diadopsi begitu saja. Penelitian mengenai
sifat-sifat kayu tropis pada cara-cara atau teori yang ada dalam SNI 7973:2013
sebagian telah dilakukan. Penyesuaian telah dilakukan pada kuat acuan untuk
kayu berdaun lebar pada SNI 7973:2013.
Sumber: Seminar dan lokakarya Rekayasa Struktur, Univ Kristen Petra
Comments
Post a Comment